Bukan game baru sebenarnya. FAR: Lone Sails pertama rilis 18 Mei 2018, dan uniknya, secara tak sengaja saya menamatkannya pada 18 Mei 2023. Kebetulan? Mungkin.
Sebenarnya begini. Sejak artikel ini diketik, saya sudah menamatkan FAR: Lone Sails sebanyak dua kali. Pertama, versi Android, yang saya beli karena lagi diskon, dan kedua, versi Steam-nya (iya, beli lagi karena harga diskon juga).
Kenapa sampai dua kali? Entahlah, agak susah dijelaskan, tapi akan saya coba. Singkatnya, saya suka sekali dengan game berjudul FAR: Lone Sails itu. Rasanya seperti mengalami kembali hal-hal yang dulu saya lamunkan di masa kecil.
Ketika hujan, tak jarang saya membayangkan sedang berjuang mengendalikan suatu kendaraan di tengah badai. Saya juga berusaha memastikan bahwa semua fungsi kendaraan itu berjalan sebagai mana mestinya.
Nah, apa yang saya bayangkan itu, ternyata mirip sekali dengan gameplay dari FAR: Lone Sails berikut ini.
Dari sekian banyak game yang saya tamatkan, FAR: Lone Sails adalah game pertama yang saya rekam dan unggah di YouTube. Ya karena itu tadi, ada semacam keterikatan emosional antara apa yang yang saya lamunkan dan mainkan.
Btw, saat pertama kali memainkan FAR: Lone Sails versi Android, saya sudah merasa bahwa ini bukan game "kaleng-kaleng". Relatif bagus secara visual, mekanik, suara, musik, dan tentu saja jalan ceritanya. Namun karena karakter di game itu teramat kecil, saya memutuskan untuk memainkannya (lagi) di laptop yang terhubung ke layar monitor.
Ternyata memang beda banget pengalamannya. Di layar monitor yang ukurannya berkali-kali lipat dari layar ponsel Android, semua keindahan dunia pasca-apokaliptik yang digambarkan FAR: Lone Sails tampak begitu jelas. Pengendalian karakter juga lebih mudah tanpa perlu banyak zoom in/out dengan tombol L2 dan R2.
Selain itu, saya pun jadi lebih paham jalan cerita FAR: Lone Sails berkat keterbacaan teks dan kejelasan foto-foto (atau gambar sketsa) yang kerap muncul di sepanjang permainan. Semisal Anda penasaran, silakan tonton video gameplay di atas. Di video itu saya sering berhenti sejenak untuk mengamati foto-foto tersebut, sambil menekan tahan tombol L2 di gamepad agar lebih jelas lagi.
Oiya, FAR: Lone Sails bisa dikatakan sebagai game puzzle sederhana yang relatif mudah dipecahkan, atau dengan kata lain, intuitif. Namun menurut saya, daya tarik utamanya adalah penyampaian ceritanya yang begitu apik, baik secara audio dan visual.
Satu lagi, game ini begitu menenangkan 😉
Apa yang Anda pikirkan?